Sabtu, 21 Mei 2016

Life Skills

Masa pancaroba seperti kami betul-betul membutuhkan wadah untuk berekspresi. Berbeda dengan mereka yang sudah mengalami golden age segala sesuatu sudah mapan atau mungkin malah gagal sama sekali, dua pilihan dalam kehidupan. Kami berdebar-debar menyongsong masa itu. Untung masih bisa ditemukan wadah berekspresi seperti saat ini dalam kegiatan satu abad Pemerintah Kabupaten Sleman, kabupaten dimana sekolah kami berada.
Dalam rangka memperingati 100 tahun pemerintah kabupaten Sleman menyelenggarakan semacam ruang bazar besar dan pameran yang menempati alun-alun Denggung. Ruang kami berada satu deretan dengan kolega lain seperti SMK Nasional Berbah, SMAN Turi dan lainnya.
Kami mempunyai kegiatan yang kami beri nama Cooking Club yang menjadi semacam unit produksi pada sekolah menengah kejuruan. Saat inilah kami bisa mengikuti lomba kejuaraan, mempraktekan sebagi sales, menjual produk, menerangkan, mempresentasikan produk kami. Luar biasa, kami betul-betul berjuang dan bersaing, kami tidak mengeluh menghadapi kesulitan. Biarpun dalam skala kecil produk kami laris terjual, terutama makanan tradisionil Yangko atau minuman beverage lainnya.
Inilah beberapa foto bersama kolega kami di pameran 100 tahun Sleman:


Stan SMAN1GP


Stan yang menarik
Rekan kami dari SMK Nasional Berbah
Stan SMK Nasional Berbah Sleman
Produk Yang Ko - SMAN1GP
Produk kami, enak! SMAN1GP
Unit Produksi SMK Nasional Berbah
Beberapa stan yang lain.

SC SMAN1GP meraih juara 3 dan berfoto bersama dengan Bupati Sleman, Drs.Sri Purnomo

Bravo pak Sri Purnomo dan bu Sri, terimakasih telah berkunjung!

Betul pak Sri itu produk kami Yangko, enak rasanya!
Sebelum Pameran kami terus berlatih (1)
Istirahat ketika lelah (2)
Akurasi Komposisi dan texture bahan (3)
Quality Control kami catat kemajuannya (4)
Percobaan ramuan bumbu (5)
Matangkan percobaan (6)
Test case penambahan cita rasa (7)
Catat dengan teliti setiap langkah (8)


C'est la vie!

Selasa, 17 Mei 2016

Bali

Lima hari, 11 Mei sampai dengan 15 Mei 2016, kami melakukan studi lapangan di Pulau Bali. Kami merancang empat bidang pengamatan yaitu Studi Sosisologis di Desa Adat Panglipuran, Studi Industri di Pusat Batik Galuh, Studi Pariwisata di Pantai Melasti dan Benoa serta studi Historis di Bali Cultural Centre (BCC) di Gianyar Bali. Sebenarnya praktis hanya tiga hari kami bisa melakukan pengamatan dan membuat arsip materi studi, yang dua hari habis dalam perjalanan dari sekolah kami ke obyek studi di Pulau Bali pergi - pulang.
Olah data kami lakukan setelah berkumpul dan kembali ke Kampus. Benar-benar praktek, kalau biasanya kami menulis dan memahami statistik di dalam ruang kelas kini kami harus menyiapkan mulai dari materi awal, mengoreksi, menemui guru pembimbing kami, mendesain ulang dan finishing. Jadi kami betul-betul bekerja dengan sepenuh hati mengerahkan semua potensi IQ dan  Adversity Quotient (AQ) agar kami terampil dan tidak gampang mengeluh.
Praktis kalau dalam kelas kami hanya menguji IQ atau Knowing tapi tanpa Being atau Mau dan tidak mau melakukan perbuatan. Kami tidak bisa belajar menyeberang jalan melalui Zebra Cross di dalam kelas tapi kami tahu kalau mau menyeberang jalan raya carilah Zebra Cross atau Jembatan Penyeberangan. Masalahnya setelah kami tahu, mau melakukan apa tidak?. Hal seperti ini (Being) kami pelajari langsung praktek di lapangan.
Inilah beberapa foto ketika kami disana:

Rombongan kami
Melihat Nanusin traditional coconut oil processing
Di pelataran Pura Ulundanu, Bedugul
 Mrs.Sulis, guru bahasa kami sedang talking around




Sederhana saja yang penting hepi
Jalan utama desa adat Panglipuran
Di panggung pertunjukan BCC
Guru pendamping kami didepan monumen Bom Bali, Legian, Kuta
Relax setelah sibuk seharian
Matahari terbit dilihat dari puncak Paradise Hotel
Sarapan sebelum ke lapangan
Sudah selesai siap berangkat
Unjuk muka dulu di depan kamera
Setelah lama berbicara akhirnya kami foto bersama

With another lady, No Comment







Ces't la vie!

Sabtu, 07 Mei 2016

Simulasi

Dalam rangka mengisi kegiatan Bela Negara, kami bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah mengadakan simulasi pelatihan penanggulangan bencana kebakaran. Setelah mendapat briefing di kelas kami langsung praktek bagaimana caranya menggunakan alat pemadam kebakaran yang berupa selang air bertekanan tinggi. Banyak hal baru yang tadinya hanya dilihat di televisi sekarang kami praktek menyentuh langsung dan menggunakan langsung bagaimana harus memadamkan api jika terjadi kebakaran tipe A yang berupa terbakarnya kain, kayu dan kertas yang pada umumnya ada didalam gedung sekolah maupun rumah. 
Ternyata tidak gampang, kami harus memegang beramai-ramai sampai 3 atau 4 orang untuk menguasai selang air itu, terasa ada sentakan kuat dari host selang yang kalau tidak hati-hati bisa memukul balik kearah wajah kita dan tentu bisa membuat kesakitan. Inilah beberapa foto yang cukup menarik :






Briefing lapangan sebelum praktek


Teknik menguasai Hose selang air

Semprotan ke arah gedung
Menjaga buka tutup kran air
Menjangkau lantai 2
Simulasi beralih sasaran
Berlatih pengkabutan
Semprotan lurus atas
Mengatur jarak dari jauh
Lengkungan air, belum ahli!
Ternyata sulit
Sasaran membelok ke arah grup laki-laki
Matikan saja kran airnya!
Jelas basah kuyup!
Nah.., kami menang. Lho apa hubungannya?
Wufft...ke langit !
Siang itu langitnya bolong!
Uap air terbang keatas, bandingkan satunya! 
Memadamkan api
 
Begini langkahnya
Dengan tabung pemadam
Begini caranya!






C'est la vie !